Sebagai ibu, perempuan kerap mendapat julukan menteri keuangan keluarga. Dialah yang berperan mengatur kecukupan dan kebutuhan rumah tangga. Jika dirasa pendapatan keluarga lebih besar pasak daripada tiang, dia memutar otak untuk melakukan penghematan atau kalau perlu dia akan turut bekerja untuk memperkuat finansial keluarga.
Sayangnya, kecakapan perempuan tersebut sering kontras dengan kealpaan dirinya dalam menyiapkan masa tua yang sejahtera. Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan hal ini terjadi.
Pertama, kondisi sosiokultural Indonesia memang tidak mendorong pola pikir perempuan mengenai pentingnya perencanaan untuk memiliki simpanan hari tua. Pasalnya, perempuan selalu ditempatkan pada posisi dependen dengan yang lain. Ketika memasuki usia senja, banyak perempuan akhirnya bergantung pada dana pensiun milik suami ataupun pemberian dari anak-anak mereka.
Sayangnya, kecakapan perempuan tersebut sering kontras dengan kealpaan dirinya dalam menyiapkan masa tua yang sejahtera. Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan hal ini terjadi.
Pertama, kondisi sosiokultural Indonesia memang tidak mendorong pola pikir perempuan mengenai pentingnya perencanaan untuk memiliki simpanan hari tua. Pasalnya, perempuan selalu ditempatkan pada posisi dependen dengan yang lain. Ketika memasuki usia senja, banyak perempuan akhirnya bergantung pada dana pensiun milik suami ataupun pemberian dari anak-anak mereka.