![]() |
Sumber: dok. pribadi. |
Untuk memenuhi kebanggaan akan kepemilikan anak cerdas, para orangtua pun berlomba-lomba memasukan anak-anaknya lebih dini ke sekolah. Pelaku pasar ikut menanggapi derasnya permintaan para orangtua dengan mendirikan lembaga-lembaga kursus calistung yang diperuntukkan bagi anak-anak balita.
Padahal, literasi bukan sekedar bisa calistung. Lebih luas lagi, kecerdasan literasi adalah kemampuan individu untuk mengenali dan memahami ide-ide ataupun makna dalam bahasa sehingga ia mampu memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Lalu bagaimana kecerdasan literasi anak-anak kita jika pengertian tersebut direfleksikan pada kondisi Indonesia dewasa ini?
![]() |
Sumber: dok. pribadi |
Indikasi lainnya tampak jelas dari fenomena kebangsaan belakangan. Kita mudah meyakini dan menyebarkan berita palsu (hoax); mengumbar dan menyulut ujaran kebencian; dan amnesia akan sejarah bangsa sendiri.
Atas dasar itulah saya merasa perlu untuk menanamkan tradisi literasi pada anak-anak saya. Karena buat saya, #AnakCerdasItu punya kemampuan (skill) literasi yang mumpuni untuk menghadapi tantangan zaman. Dalam membangun kecerdasan literasi anak, saya menerapkan keempat cara yang disesuaikan dengan jenjang usia ketiga buah hati saya yang berusia satu tahun, tiga tahun, dan tujuh tahun.
![]() |
Sumber: dok. pribadi. |
Sedangkan saat mendongeng, saya selalu melakukannya menjelang waktu tidur siang dan malam hari. Ide ceritanya berkisar aktivitas keseharian anak-anak saya. Untuk memperkuat pesan moral yang ingin disampaikan, saya selalu menggunakan nama-nama anak saya dalam penokohan cerita.
Kedua, saya menstimulasi anak-anak untuk mengekspresikan perasaan dan imajinasi mereka dalam bentuk gambar ataupun tulisan. Kami biasanya bermain surat-menyurat atau membuat buku cerita bergambar bersama-sama. Khususnya si sulung, saya mendorongnya untuk menulis jurnal pribadi. Tidak lupa saya memberikan pujian sebagai penghargaan atas hasil karya yang mereka buat. Insentif lain yang saya berikan pada anak-anak saya biasanya berupa cemilan sehat bervitamin seperti Cerebrofort Marine Gummy Sachet.
![]() |
Sumber: Media Indonesia, 10 Juni 2018. |
![]() |
Sumber: dok. pribadi. |
Ketiga cara tersebut memang hanya mencakup faktor eksternal. Untuk melengkapinya, cara keempat yang saya gunakan lebih menekankan pada faktor internal. Dalam hal ini anak membutuhkan nutrisi yang cukup untuk memaksimalkan kinerja otak dan fisiknya. Karena itu, saya #DukungCerdasnya anak-anak saya dengan memenuhi asupan gizi yang seimbang.
Tiap hari saya selalu sempatkan memasak makanan empat sehat lima sempurna. Karena saya yakin, memasak makanan sendiri lebih menjamin kualitas rasa dan kandungan gizi yang dibutuhkan anak-anak untuk menunjang daya kreativitas mereka. Selain itu, saya juga membatasi jajanan yang dikonsumsi anak-anak demi menjaga kesehatan. Dengan demikian mereka dapat menjalankan kegiatan secara aktif dan bermain dengan lebih ceria.
Namun kadang kala saya juga menghadapi tingkah balita yang suka pilah-pilih makanan. Mengingat lima tahun pertama merupakan masa keemasan tumbuh kembang anak, saya sudah pasti merasa khawatir. Dalam kondisi demikian, saya memberikan Cerebrofort Gold kepada anak balita saya untuk merangsang nafsu makannya. Saya tidak kesulitan ketika meminta mereka menelan sesendok Cerebrofort Gold karena produk ini menyediakan dua rasa kesukaan anak saya, stroberi dan jeruk.
Tiap hari saya selalu sempatkan memasak makanan empat sehat lima sempurna. Karena saya yakin, memasak makanan sendiri lebih menjamin kualitas rasa dan kandungan gizi yang dibutuhkan anak-anak untuk menunjang daya kreativitas mereka. Selain itu, saya juga membatasi jajanan yang dikonsumsi anak-anak demi menjaga kesehatan. Dengan demikian mereka dapat menjalankan kegiatan secara aktif dan bermain dengan lebih ceria.
![]() |
Sumber: dok. pribadi. |
No comments:
Post a Comment